Hari itu kepenatan di kepala sudah mencapai puncaknya. Saya sebagai seseorang yang doyan sekali jalan, tentu merasa tersiksa karena tidak bisa pergi kemana-mana. Kita semua tahu, bahwa virus yang sudah hampir dua tahun ini menjadi trending topic di masyarakatlah yang menjadi penyebabnya.
Melakukan perjalanan ke luar kota harus menunjukkan kartu vaksin sebagai salah satu syarat. Aturan yang ribet, tapi memang harus dimaklumi. Saya yang karena suatu hal belum bisa mendapatkan vaksinasi, tentu hanya bisa menepuk jidat sendiri.
Beruntung pikiran saya menjadi terbuka ketika di puncak kepenatan itu saya membuka instagram. Ada sebuah postingan dengan foto Mas Mentri Sandi Uno di dalamnya. Kaos yang dikenakan Mas Mentri dalam postingan itu menyita perhatian saya, desainnya sederhana, bertuliskan cuma tagar DiIndonesiaAja, tapi bagi saya sungguh suatu pencerahan. Tagar itu kemudian saya persempit menjadi nama kota tempat saya saat ini tinggal : #DiMagelangAja.
Dari situlah saya kemudian iseng mencari-cari tempat menarik yang bisa saya kunjungi untuk melepaskan kepenatan lewat aplikasi Google Maps, hingga kemudian menemukan sebuah tempat--yang dari foto-fotonya terlihat masih asri--dengan nama 'nJawani' : Mudal Kali Gumuk.
Tadinya saya berencana untuk pergi ke sana keesokan harinya, tapi karena ketika itu hari masih siang, maka saya langsung melakukan perjalanan ke tempat itu tanpa pikir panjang.
Menuju Mudal Kali Gumuk tidak membutuhkan waktu lama, kurang dari duapuluh menit perjalanan saja kalau dari alun-alun kota. Jalan mulus tanpa macet. Cukup mengikuti arahan aplikasi, dan saya langsung tiba di lokasi. Hmm.
Saya memarkirkan motor di halaman rumah warga, halaman itu memang sengaja difungsikan demikian. Cukup membayar 2000 perak saja untuk biaya parkirnya. Dan tiket masuk ke lokasi, kita tidak perlu merogoh kocek lagi (Namun di pintu masuk disediakan kotak amal untuk pembangunan yang boleh diisi pengunjung dengan nominal seikhlasnya)
Dari pintu masuk itu, saya harus melewati jalan setapak, menuruni anak tangga dengan jarak kurang lebih 100m hingga sampai lokasi.
Jalan itu dinaungi pohon-pohon rindang, burung-burung kecil terlihat sesekali melompat di ranting-rantingnya. Sebagai orang yang lahir dan besar di Ibu Kota, pemandangan yang saya lihat di sana, jujur, memukau saya. Ada tempat semacam itu yang bisa dijangkau cukup dengan bensin satu liter saja di dalam tangki dari pusat kota? Saya pikir, dulu yang seperti ini cuma ada di khayalan saya belaka. Ternyata sungguh ada.
Sumber Mata Air
Mudal Kali Gumuk merupakan sumber mata air. Kata Mudal dalam bahasa sekitar berarti mata air, Kali berarti sungai, dan Gumuk berarti gundukan. Saya rasa pemberian nama itu sudah tepat, melihat tempatnya yang berundak-undak, dengan kali yang dialiri air jernih yang berasal dari sumber mata air di atasnya. Sumber air ini terpisah dengan tempat orang-orang bermain air dan mandi. Ia dipagari, tentu saja agar kemurniannya terjaga.
Tidak banyak wisatawan yang berkunjung ke sana hari itu, hanya terlihat anak-anak desa dan beberapa pemuda setempat di area berenang. Dari sedikitnya artikel yang membahas tentang Mudal Kali Gumuk ini di internet, sepertinya memang belum banyak orang yang tahu tentang lokasi tempat ini. Padahal ia sangat potensial dijadikan destinasi wisata.
Sempat Hilang dari Peta
Mudal Kali Gumuk, di minggu-minggu setelahnya, menjadi tempat nongkrong favorit saya. Penduduk setempat pun satu per satu mulai menghapal wajah saya. Beberapa orang menjadi akrab ketika saya membuka pembicaraan (Inilah hal yang saya paling sukai dari melakukan perjalanan)
Tapi ada satu hal yang mengganggu pikiran saya. Berawal dari kunjungan yang pertama, saya mengunggah beberapa foto tempat ini di akun instagram dan Google Maps. Beberapa teman menanyakan lokasi tepatnya lewat pesan singkat, saya pun dengan senang hati memberitahu mereka. Berharap tempat itu bisa ramai pengunjung, dan ekonomi warga sekitar menjadi terangkat. Lantaran saya lihat, di sana ada warung kecil yang menyediakan jajanan dan makanan ringan bagi pengunjung.
Di minggu ketiga setelah saya mengunggah foto itu, saya kaget ketika hendak melihat jumlah pemirsa di Google Maps. Nama Mudal Kali Gumuk sudah hilang dari peta! Seseorang ternyata telah menghapusnya.
Saya berfikir warga setempat tidak suka tempat itu dikunjungi banyak orang, sehingga nama lokasi itu di peta kemudian dihilangkan. Alasan masuk akalnya adalah tempat itu adalah sumber air bersih bagi warga, sehingga ada yang khawatir jika tercemar. Meski jarak sumber mata air dan lokasi berenang ada sekitar 50 meter-an. Sumber itu pun dipagari, dengan tulisan DILARANG MANDI DI MATA AIR di papan peringatan.
Pada kunjungan saya ke sana berikutnya, saya mencoba mencari tahu sendiri alasan kenapa tempat itu hilang dari peta. Saya menemui gerombolan emak-emak yang sedang asik ngobrol di warung. Mereka ternyata tidak tahu kalau nama Mudal Kali Gumuk tak ada lagi di peta.
"O, pantes kok akhir-akhir ini sepi, mas." Kata mereka serentak.
"Sebenarnya, Ibu-ibu ini suka kalo tempat ini ramai pengunjung atau sepi pengunjung?"
"Ya, suka rame dong. 'Kan jadi banyak yang nanti mampir ke warung,"
Saya hanya tersenyum, sambil menyeruput kopi hitam yang saya beli di sana.
Tidak cukup hanya dengan pendapat emak-emak itu, saya lantas menemui beberapa penduduk setempat lagi di lokasi berenang. Ternyata jawaban mereka sama. Tak ada lagi yang mengganggu pikiran saya, dan saya tidak perlu lagi merasa bersalah. Maka, setelah mendengar jawaban dari mereka atas apa yang tadi saya tanyakan, saya diam-diam membuat nama Mudal Kali Gumuk ada lagi di peta.
How to Get There
Mudal Kali Gumuk terletak di Treko, Mungkid, Magelang. Cukup klik Mudal Kali Gumuk di peta jika kalian hendak ke sana. Silahkan ikuti rutenya. Kalau kalian membawa kendaraan pribadi, kalian bisa naik ojek penduduk sekitar dari lampu merah Pasar Blabak. Itu adalah tempat paling strategis, karena bus antar propinsi biasa menurunkan dan menaikkan penumpang di sana.
Info Kamera : Samsung Galaxy A21s
Edit Foto : Snapseed
Mari berteman dengan saya di instagram @awantenggara