Kamis, 02 September 2010

Puisi : Di sepanjang fajar hingga bibir-bibir pagi















sekali aku pernah menyimakmu seperti ini, dalam kabut yang lindap di sepanjang fajar hingga bibir bibir pagi.



sungguh tak berubah, kau masih begitu tekun melafalkan doa yang cemas, begitu anggun menanam mimpi pada bara unggun. seperti terakhir kali kita berdiri pada satu jajar di antara rimbun perdu yang ditumbuhkan Tuhan di bukit ini.



ah, kawan

kau dan aku tetap sama saja

gemar menjadi manusia yang menyebabkan detik membuahkan sepi



di sepanjang fajar

hingga bibir bibir pagi.





Agustus, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar