Puisi : Di sepanjang fajar hingga bibir-bibir pagi
sekali aku pernah menyimakmu seperti ini, dalam kabut yang lindap di sepanjang fajar hingga bibir bibir pagi.
sungguh tak berubah, kau masih begitu tekun melafalkan doa yang cemas, begitu anggun menanam mimpi pada bara unggun. seperti terakhir kali kita berdiri pada satu jajar di antara rimbun perdu yang ditumbuhkan Tuhan di bukit ini.
ah, kawan
kau dan aku tetap sama saja
gemar menjadi manusia yang menyebabkan detik membuahkan sepi
di sepanjang fajar
hingga bibir bibir pagi.
Agustus, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar