Sehari sebelum lebaran, di pagi yang belum genap pukul enam. Tupai-tupai kelapa turun dan berlarian di loteng yang berlumut ketika kami hendak pergi meninggalkan rumah untuk melanjutkan petualangan berikutnya, menuju suatu tempat yang kawan karib saya satu ini sudah janjikan.
“Air terjun Sri Gehtuk.” Katanya.
“Pagi begini apa ada yang sudah jaga tiket masuk?”
“Ada ato ga ada, kita harus sudah sampai sana saat ini juga. Biar tar ga kesorean ketika kita lanjut hunting foto ke pantai-pantai selatan”
“Oke kalo gitu, kita berangkat sekarang, Ndut.”
Kami pun akhirnya berangkat saat itu juga. Melewati hutan jati yang jalannya berdebu seperti kabut ketika ada roda yang melewatinya. Tapi yang tidak pernah saya sangka, Herman ternyata ga tau jalan. Klasik sekali.
“Gue beneran lupa.”
“Santai saja sih, selama punya mulut yang rajin bertanya, gue jamin kita ga bakalan bisa nyasar.”
Sampai tujuan, dugaan kami pun benar. Tak satu orang pun yang ada di sana. Ini berita bagus karena kami jadi bisa menghemat ongkos perjalanan, sebab tidak harus membayar tiket masuk walau katanya seharga goceng itu, tentu saja. Memang sepertinya untuk kami semesta selalu merestui. (^3^) Karena keberuntungan yang sering ini, seorang kawan bahkan pernah menjuluki saya sebagai “Orang paling dicintai semesta nomor satu di dunia”. Hahaha, ada-ada saja.
Saya baru tahu kalo di pintu masuk wisata Air Terjun Sri Gethuk itu ternyata ada gua yang dinamai Gua Rancang. Dinamai demikian sebab konon katanya pernah dipakai sebagai tempat untuk merancang strategi orang-orang dari kerajaan Mataram ketika berjuang mengusir penjajah dari Nusantara.
Kami berdua memasuki gua yang di pintu masuknya ditumbuhi pohon yang usianya lebih dari 200 tahun itu. Ada lapangan yang boleh disebut bisa dijadikan lapangan badminton di perut gua sebab kondisi tanahnya yang datar merata dan kering. Dengan dihiasi stalaktit-stalaktit di atapnya, maka ini adalah lapangan badminton paling eksotis di dunia :D versi saya.
Puas blusukan di gua, kami langsung menuju Air Terjun Sri Gethuk. Dan komentar saya ketika melihat pemandangan di sana adalah cuma “WOW”. Itu saja. Tak cukup seribu kata untuk menceritakan keindahan tempat itu, oleh sebab itulah saya akan menceritakannya lewat foto-foto jepretan saya saja; cekidot! (^3^)/ (off the record : sebenarnya lagi males nulis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar