TARIAN DI BUKIT CINTA 1
Untuk sementara
Aku menyebutmu Efa
Meski aku tahu
Itu bukan namamu
Bukan apa-apa Adik
Di luar amat banyak cincong dan hardik
Hingga angin seperti tak bertuan
Dan hatiku jadi kecut blingsatan
Kelak setelah cuaca reda
Kusebut namamu terus terang
Dan sehabis mengunyah senja
Kita bertekad menziarahi bintang
Sungai Gajahwong, 2003
TARIAN DI BUKIT CINTA 2
Dari dua jendela yang berjauhan
Akhirnya mata kita bertemu jua
Kutahu jiwamu masih rawan
Karena itu kau jadi terkesima
Di antara denyar hidup yang semrawut
Kusimak kau sebagai ikhwal yang azali
Dan di antara barisan anai-anai dan semut
Biarlah kukhalwatkan namamu beribu kali
Sungai Gajahwong, 2003
TARIAN DI BUKIT CINTA 3
Di pantai mana kita akan menepi Sayang
Setelah hari-hari dipukul gebalau lindu?
Kuharap kau tak akan gamang
Meski mataangin menjulurkan sembilu
Sering malam hari aku terbangun
Oleh bayanganmu yang datang mendadak
Lalu kutempuh sisa malam dengan terngungun
Dan sukmaku serasa meledak-ledak
Sungai Gajahwong, 2003
TARIAN DI BUKIT CINTA 4
Telah kubaca beribu kisah
Tentang cinta dan kesetiaan
Karena itu laut yakinku berbuncah
Saat menyaksikanmu mengulur tangan
Banyak sebenarnya Adik
Jalan-jalan minta kutempuh
Tapi gambarmu begitu kuat Adik
Hingga yang lain jadi luruh
Kekuatan apa bersemayam di hatimu?
Sekali ia menyentuhku
Membuatku gemetaran
Melintasi zaman demi zaman
Sungai Gajahwong, 2003
TARIAN DI BUKIT CINTA 5
Maka bagi kita tidak berlaku
Bentang jarak yang begitu jauh
Malah ia membaptisku jadi batu
Dalam menumpahkan segala tawajuh
O senja apa ini gerangan
Mendorongku menari-nari girang?
O cinta apa ini gerangan
Hingga aku digoncang kepayang?
Telah beribu mil lorong kutempuh
Untuk membaca warna, bayang-bayang dan seluruh
Tapi baru kali ini aku betul-betul kesandung
Oleh jiwamu yang wangi kecubung
Sungai Gajahwong, 2003.
Tentang Penyair :
Kuswaidi Syafi'ie lahir di Sumenep pada penghujung tahun 1971. Semenjak tahun 1992 ia tinggal di Yogyakarta. Ia menulis cerpen, esai dan puisi. Bukunya yang telah terbit antara lain; Menapak Lorong Aulia (Ittaqa Press: Yogyakarta, 1994), Tarian Mabuk Allah (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1999), Memanjat Bukit Cahaya (Fajar Pustaka: Yogyakarta, 2000), Pohon Sidrah (Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar